Karakter kita adalah gabungan dari kebiasaan (habits) kita. Merubah kebiasaan memang sulit, tapi bisa
dikerjakan dengan komitmen yang sungguh kuat.
Suatu kebiasaan (baik) bisa didefinisikan sebagai persilangan antara
pengetahuan (knowledge), keahlian (skills) dan keinginan (desire).
Perubahan merupakan siklus proses dari “menjadi” dan “melihat”. Tujuan
kita adalah bergerak secara progresif pada rangkaian dari ketergantungan menuju
kemandirian kemudian saling-ketergantungan. Meskipun kemandirian adalah
paradigma masyarakat kita saat ini, kita bisa menyempurnakan lebih banyak
dengan kerjasama dan spesialisasi. Bagaimanapun, kita mesti mencapai keadaan
kemandirian sebelum kita bisa memilih saling-ketergantungan.
Dimana didalam diri manusia terdapat tujuh
kemampuan dasar yang berasosiasi dengan model kebiasaan menurut kontinum
tertentu. Ketujuh kemampuan dasar itu digolongkan menjadi dua, yaitu kemampuan
dasar primer yang meliputi :
1. Kesadaran diri (self awareness)
2. Imajinasi (imagination and conscience)
3. Kemauan (will power)
Dan kemampuan dasar sekunder yang meliputi :
1. Mentalitas berlimpah (abundance mentality)
2. Keberanian (courage with consideration)
3. Kreativitas (creativity)
4. Pembaruan (self renewal).
Karakter Mahasiswa
bisa di bangun dan diterapkan melalui 7 Kebiasaan yang efektif
1.
Kesadaran Diri – Proaktif
Dalam masyarakat kita, kita memiliki 3 penjelasan
deterministik dari keterbatasan manusia: deterministik genetik, deterministik
psikis dan deterministik lingkungan. Pada pemeriksaan yang lebih dekat, kita
menemukan bahwa antara stimulus (rangsangan) dan respons (tanggapan), manusia
memiliki kebebasan untuk memilih. Kita tidak memiliki fungsi “pilot otomatis”.
Kesadaran diri adalah kemampuan kunci untuk
memahami orang lain dan dunia ini, “what is happening and how something takes
the process to happen”. Bahkan kesadaran diri merupakan pintu untuk mengenal di
mana sebenarnya keunggulan/kelemahan diri kita. Dengan kesadaran diri yang
tinggi maka kaki kita mantap menginjak realitas dunia dan tidak ragu-ragu dalam
bertindak.
Kemampuan tentang kesadaran diri apabila
diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan efektif berupa proaktif,
misalnya dalam memiliki kemampuan untuk memilih respons yang cocok atau
menentukan keputusan. Dikatakan kebiasaan
efektif karena semua persoalan tidak ada yang membingungkan apabila ditangani oleh orang yang berkapasitas mampu mengambil keputusan. Kualitas menjadi pengambil keputusan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh orang dengan kesadaran diri setengah-setengah.
efektif karena semua persoalan tidak ada yang membingungkan apabila ditangani oleh orang yang berkapasitas mampu mengambil keputusan. Kualitas menjadi pengambil keputusan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh orang dengan kesadaran diri setengah-setengah.
Pada level aktualisasi kemampuan yang rendah,
kebiasaan hidup yang dihasilkan tidak efektif yaitu kebiasaan reaktif yaitu
tidak memiliki kemampuan memilih alias dibentuk oleh bagaimana orang lain dan
keadaan membentuknya. Di tingkat level ini semua persoalan besar/kecil akan
membuat dirinya “Bingung” yaitu terombang-ambing, bahkan
bisa jadi tidak tahu mana yang besar dan mana yang kecil.
bisa jadi tidak tahu mana yang besar dan mana yang kecil.
Kita perlu tahu bagaimana memfokuskan waktu dan
energi untuk menjadi efektif. Wilayah yang menjadi perhatian kita (concerned)
disebut sebagai “Lingkaran Perhatian”. Wilayah dimana kita benar-benar bias
mengerjakan segala sesuatunya, disebut sebagai “Lingkaran Pengaruh”. Ketika
kita fokus pada waktu dan energi kita di Lingkaran Perhatian, namun posisi
berada di luar Lingkaran Pengaruh, kita tidak efektif. Bagaimanapun, menjadi
proaktif akan membantu memperluas Lingkaran Pengaruh kita. (Dimana kita bias
mengerjakan sesuatunya menjadi efektif).
2.
Imajinasi – Tujuan akhir
Ketika kita memulai dengan akhir di pikiran, kita
memiliki arahan pribadi yang menuntun aktivitas sehari-hari, tanpa ada
pergerakan pada sasaran kita. Memulai dengan akhir di pikiran adalah bagian
dari kepemimpinan pribadi, pengendalian dari kehidupan yang kita miliki. Segala
sesuatunya dibuat dua kali. Kita menciptakannya pertama-tama dalam pikiran
kita, dan kemudian kita mengerjakannya secara fisik. Dengan pengendalian dari
penciptaan pertama milik kita, kita bias menulis dan menulis ulang naskah,
dengan demikian bisa melakukan beberapa kontrol dan pertanggung-jawaban hasil
dan akibatnya. Kita menulis dan mengulang tulisan menggunakan angan-angan dan
kata hati kita.
Ada tiga aspek besar dari manajemen pribadi dan
bisnis. Pertama adalah kepemimpinan – apa yang ingin kita selesaikan? Kedua
adalah manajemen – bagaimana bisa saya selesaikan dengan sebaik-baiknya? Ketiga
adalah produktivitas – mengerjakannya. “Manajemen adalah mengerjakan sesuatu
dengan benar; Kepemimpinan adalah mengerjakan kebenaran sesuatu”. Titik awal di
permulaan dalam akhir dalam pikiran adalah mengembangkan pernyataan misi,
filosofi atau paham pribadi. Ini akan membantumu
fokus pada apa yang kamu inginkan “menjadi“
(karakter), “mengerjakan” (kontribusi dan pencapaian) dan pada nilai-nilai dan
prinsip-prinsip atas dasar keadaan dan apa yang dikerjakan olehmu. Pernyataan
misi pribadi memberikan kita suatu pusat tumpuan yang tidak berubah, dimana
kita bisa berurusan dengan perubahan eksternal.
Kemampuan imajinasi apabila diaktualkan secara
optimal dengan petunjuk kesadaran dan prinsip akan menghasilkan kebiasaan hidup
yang bermuara pada tujuan akhir/kepentingan misi. Orang yang telah melatih
imajinasinya pada level tinggi senantiasa akan membuat lilin harapan dan visi
menyala sehingga tidak mudah digoda oleh berbagai bentuk distraksi dari luar
dan dari dalam atau tidak mudah kalut oleh kegelapan realitas temporer. Kondisi
internal yang terus tercerahkan (enlightenment) oleh lilin harapan dan visi
inilah yang membuat dirinya realistik (berada di atas realitas) atau victor
(pemenang) dan effective.
Sebaliknya, pada level aktualisasi kemampuan yang
rendah di mana orang membiarkan imajinasinya liar kemana-mana tanpa kesadaran
atau prinsip yang jelas akan menghasilkan cetakan kebiasaan hidup yang tidak
berbentuk, atau menjadi korban (victim), sudah kemana-mana tetapi tidak
menemukan apa-apa (sense of futility about goal).
Imajinasi yang liar bisa terjadi kapan pun dan di
manapun yang lazimnya kita kena dengan aktivitas “Melamun”. Secara ekspresi
dari muka sulit dibedakan antara orang melamun dan orang yang melatih imajinasi
dengan bervisualisasi kreatif tetapi dalam hitungan yang ke sekian kali
perbedaan itu akan sebesar kemutakhiran kreasi. Bukankah semuatemuan teknologi
berawal dari imajinasi?, hanya diri kita sendiri yang tahu jawabannya.
3. Kemauan
– Dahulukan yang Utama
Kebiasaan 3 adalah Manajemen Pribadi (Kemauan),
pelatihan kemandirian yang akan menciptakan kehidupan yang selaras dengan
nilai-nilai, sasaran dan misi yang dianut. Anugrah manusia yang keempat,
Keinginan Bebas, adalah kemampuan untuk membuat keputusan, pilihan dan
bertindak berdasar kepada dirinya. Integritas adalah kemampuan untuk membuat
dan menjaga komitmen kepada diri kita sendiri.
Manajemen menyangkut pengembangan aplikasi
spesifik dari ide-ide. Kita harus memimpin melalui otak kanan (secara kreatif)
dan mengelola dari otak kiri (secara analitis). Untuk mengendalikan perasaan,
ayunan dan suasana hati kepada nilainilaimu, kamu harus menyalakan kata “YA”
dalam hati, dan berkata “TIDAK” kepada yang lain. Kata “YA” adalah maksud,
keinginan, perasaan nyata dari arah dan nilai kita. Manajemen waktu adalah
keahlian penting untuk manajemen pribadi.
Kemampuan manusia berupa kemauan apabila
diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup teratur yaitu
mengutamakan yang utama, dan penuh displin dalam membuat tata letak antara
prioritas utama, kepentingan, dan urgensitas.
Dengan memusatkan hidup kita pada prinsip yang
benar, kita menciptakan pondasi yang stabil dan solid untuk pengembangan faktor
daya dukung hidup dan jangkauan dan lingkup area yang benar-benar penting dari
kehidupan kita. Kesuksesan hubungan, pencapaian dan keamanan finansial akan
memancar dari pusat prinsip.
Keteraturan dan displin tidak dapat diraih tanpa
kemauan keras untuk merebut tanggung jawab. Orang yang tahu tata letak akan
membuat kebiasaan hidup efektif. Pada level aktualisasi yang rendah, kemampuan
ini akan menghasilkan kebiasaan hidup berupa mentalitas jalan-pintas, atau “the
simple answer” (berkata simpel), menolak tanggung jawab hidup sehingga tidak
terjadi keteraturan. Membesar-besarkan hal yang kecil dan mengabaikan hal yang
menjadi benih-benih peristiwa besar. Orang yang malas tidak berarti hidupnya
efektif meskipun ia menolak bertanggung jawab karena pada dasarnya hidup ini
tidak memberi pilihan antara bertanggung jawab atau tidak, melainkan harus
bertanggung jawab.
4.
Mentalitas Berlimpah – Berpikir Menang/Menang
Kemampuan mentalitas atau kapasitas mental yang
diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan berpikir menang/menang
dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Mentalitas berlimpah akan
menghasilkan karakter kepribadian berprinsip.
Prinsiplah yang menjadi sumber keberlimpahan,
kemakmuran dan keamanan. Kalau dikaitkan dengan kecerdasan EQ, tingkat
kecerdasan yang tinggi akan mampu memproduksi kebahagian di dalam sehingga
berkuranglah tingkat dependensinya terhadap sumber kebahagiaan dari luar.
Semakin kuat orang memegang “principle-centered” (berpusat pada prinsip hidup),
semakin mudah orang tersebut mengalirkan rasa cinta/penghargaan kepada orang
lain yaitu to share recognition.
Oleh karena itu dikatakan, mentalitas berlimpah
akan menghasilkan profit dan power. Sebaliknya pada level aktualisasi yang
rendah akan menghasilkan kebiasaan hidup talang bocor berupa mentalitas kerdil
(scarcity) dimana orang merasa kurang dengan dirinya. Rasa bahagia, rasa aman,
dan rasa makmur tidak mampu diciptakan oleh dirinya melainkan merasa harus
bergantung kepada orang lain sehingga tidak mudah memberi maaf atas kesalahan
apapun yang dilakukan oleh mereka.
Suami/istri yang bermentalitas kerdil akan mudah
bentrok walaupun pemicunya berupa sendok makan yang jatuh padahal (mestinya)
cukup diselesaikan dengan memaafkan sedikit. Karena tidak mampu memaafkan
akhirnya membuat kebocoran tidak hanya menetes melainkan mengalir deras, dan
akhirnya banjirlah rumah tangga.
5.
Keberanian – Berusaha mengerti baru Dimengerti
Kita sering mencatat sebelum membuat diagnosis
yang tepat ketika berkomunikasi. Pertama-tama membutuhkan waktu untuk
mengetahui secara mendalam masalah yang hadir pada kita. Kunci nyata untuk
mempengaruhi adalah sebagai contoh – tingkah lakumu.
Unjuk kerja pribadi harus sebidang dengan
penampilan publikmu.
Jika orang tidak percaya kepadamu, dan mereka
(tidak) percaya kamu mengerti mereka, mereka akan begitu marah, defensif,
bersalah atau takut untuk dipengaruhi. Keahlian mendengar dengan empati harus
dibangun pada suatu karakter yang meng-inspirasikan keterbukaan dan kepercayaan
dan catatan bank emosi yang tinggi.
Kemampuan keberanian apabila diaktualkan secara
optimal akan menghasilkan kebiasaan efektif berupa memahami lebih dulu baru
akan dipahami. Memahami lebih dulu membutuhkan keberanian dengan pertimbangan.
Dikatakan efektif karena memahami lebih dulu akan (biasanya) membuat kita
dipahami lebih dulu. Memahami lebih dulu adalah membuka talang yang macet atau
kalau dipinjamkan dari istilah lain, memahami lebih dulu adalah kebiasaan
empati, bukan simpati.
Sebaliknya keberanian yang tidak diaktualkan
secara optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup tidak efektif berupa keinginan
untuk dipahami lebih dulu baru akan memahami. Jika dikembalikan ke kehidupan
kita, akar dari sebab persoalan besar adalah dasar berkomunikasi yang ingin
dipahami lebih dulu. Semua orang memang secara alami ingin dipahami lebih dulu.
6.
Kreativitas – Sinergi
Sinergi bermakna keseluruhan adalah lebih besar
dari pada jumlah setiap bagiannya. Suatu hubungan yang mana bagian-bagian yang
memiliki setiap bagian lainnya adalah suatu bagian yang ada di dalamnya dan
merupakan dirinya sendiri – bagian yang besar wewenangnya, menyatu dan
menggairahkan.
Intisari dari sinergi adalah perbedaan
nilai-nilai – dengan menghormatinya, membangun kekuatan, dan mengkompensasikan
kelemahan. Jalan untuk menacapai sinergi melalui proses kreatif, yang bisa
menakutkan, karena kita tidak pernah tahu kemana proses kreatif akan membawa
kita.
Kemampuan kreativitas apabila diaktualkan secara
optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup efektif berupa terciptanya keunggulan
sinergis dari perbedaan atau persamaan. Keunggulan sinergis adalah manifestasi
kesadaran misi dan tidak dapat diraih dengan pendewaan posisi. Salah satu
karakteristik keunggulan sinergis adalah terciptanya saluran komunikasi di
antara respectful minds yang berinteraksi untuk menemukan kompromi dan
kerjasama.
Kenyataan seringkali mengajarkan bahwa pada
akhirnya,kerjsa sama yang diolah dengan kreativitas akan menang melebihi
”confrontation”. Sebaliknya kemampuan kreativitas yang tidak diaktualkan secara
optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup tidak efektif berupa kebuntuan
alternatif dan kemacetan aliran transformasi. Satu-satunya jalan yang ditempuh
adalah membuat ”defensive communication” diiringi dengan pendewaan posisi
antara saya dan anda, kami dan mereka. Posisi yang didewakan akan membuat
aliran kepentingan misi bisa macet dan akhirnya terbuang ke tempat yang tidak
diinginkan.
Kepercayaan tinggi akan menuntun kepada
komunikasi dan kerjasamayang tinggi. Titik kemajuan komunikasi adalah bertahan
(menang atau kalah/menang), penuh penghormatan (kompromi), sinergis
(menang/menang). Komunikasi sinergis harus dicapai untuk mengembangkan
kemungkinan kreatif, termasuk penyelesaian yang lebih baik daripada proposal aslinya.
Jika sinergi tidak tercapai, kadang upaya selalu berhasil dalam kompromi yang
lebih baik.
7.
Pembaharuan – Mengasah Gergaji
Kebiasaan mengasah gergaji dihasilkan dari
kemampuan pembaruan diri yang diaktualkan secara optimal. Dikatakan kebiasaan
efektif karena dengan terus mengasah gergaji (mengasah bakat, mengembangkan
bakat atau keahlian) dapat mengurangi kemungkinan yang menyebabkan kegagalan
atau kelambanan menyelesaikan masalah akibat perubahan keadaan. Seperti siksaan
paling berat yang kita rasakan adalah ketidaktahuan (kebodohan). Pembaharuan
adalah inovasi, improvisasi, pembelajaran, atau merenovasi.
Dengan memperbaharui empat dimensi dari sifat
alamimu – fisik, spiritual, mental dan sosial/emosional, kita bisa bekerja
lebih cepat dan tanpa kesulitan. Untuk mengerjakannya, kita harus proaktif. Ini
adalah aktivitas Kuadran II (penting, namun tidak urgen) yang harus diaktifkan.
Itu adalah pusat dari Lingkaran Pengaruh, maka kita mesti mengerjakannya untuk
diri kita sendiri.
Sebaliknya, kemampuan pembaruan yang tidak
diaktualkan secara optimal akan membuat kita terperosok dalam sistem hidup yang
tertutup, gaya hidup yang gelap, dan buntu. Tak mungkin lagi sistem dan gaya
hidup demikian hanya akan mewariksakan ketertinggalan dari kemajuan zaman, mentalitas
kerdil dan kebodohan akan perkembangan informasi. Oleh karena itu, kebiasaan
yang ketujuh ini adalah kebiasaan yang menjadikan semua kebiasaan lain mungkin
menjadi lebih efektif.